Menjelang Ulang Tahun Pertama, Tabitha Harus Diinfus

Hari ini Tabitha ulang tahun yang pertama. Namun sayang, tepat di hari ulang tahunnya yang pertama Tabitha harus menginap di rumah sakit. Kemarin Tabitha muntah-muntah dengan hebat. Sedari siang saat terbangun tidur siang, Tabitha mencari-cari mamanya. Saat itu mama sedang berada di kamar mandi. Tabitha menangis hingga akhirnya terbatuk dan muntah. Mulai saat itu Tabitha terus menerus muntah.

Di sore harinya, neneknya Abinaya, tetangga belakang rumah, ngerokin Tabitha dengan bawang merah dan minyak telon, supaya hangat. Dikira Tabitha masuk angin karena beberapa hari sebelumnya sering diajak keluar malam untuk mencari lauk. Namun hingga malam, muntahnya tidak berhenti. Apa saja yang masuk kedalam mulutnya, entah itu makanan atau minuman, pasti keluar lagi. Lalu mama dan papa membawa Tabitha ke dokter spesialis anak, dr. Yanti di rumah sakit tempat lahirnya dulu. mendaftar mendapat antian nomor 19.



Selama menunggu antrian di rumah sakit, mungkin hingga 10 kali Tabitha muntah, hingga akhirnya Tabitha mulai lemes. Saat diperiksa, dr. Yanti mengatakan bahwa Tabitha sudah mulai dehidrasi, kulit perutnya mulai keriput, popoknya terlihat kempes walaupun sudah dipakai dari siang. Saat itu dr. Yanti menyarankan untuk segera diinfus, takutnya gak keburu. Mungkin maksud dr. Yanti, bila diberi obat dan ternyata obatnya tidak menhentikan muntahnya, ditakutkan Tabitha akan kekurangan cairan dan ditakutkan hal itu terjadi di tengah malam. Oleh karena itu dr. Yanti menyarankan untuk segera diinfus.

Muntahnya terjadi bisa karena ada makanan baru yang dimakan oleh Tabitha atau kuman-kuman yang masuk ke dalam pencernaan Tabitha. Memang siang menjelang tidur mama memberikan Tabitha susu UHT. Maksudnya untuk memperkenalkan susu diluar ASI. Selain itu, pagi harinya Tabitha asyik main di sekolah kakak. Ada mainan kakak yang masuk ke dalam mulut Tabitha. Mungkin karena kedua hal itu Tabitha menjadi sakit.

Mendengar harus segera diinfus, ayah langsung menuruti saran dr. Yanti. Tapi mungkin karena rumah sakit ini lebih fokus untuk ibu bersalin, dr. Yanti merekomendasikan supaya Tabitha dirawat di rumah sakit lain saja. Maka ayah dan mama memutuskan membawa Tabitha ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Buah Hati dekat rumah kami.

Selama perjalanan ke RS Buah Hati, mama menangis karena takut membayangkan Tabitha ditusuk oleh jarum infus. Karena baru kali ini mama harus melihat, merawat dan mengalami keluarga mama rawat inap karena sakit. Dan itu harus terjadi pada Tabitha yang masih kecil, belum genap 1 tahun.

Sampai di RS Buah Hati, kami langsung masuk ke IGD. Diperiksa oleh dokter jaga, dokter juga menyaranlan untuk segera diinfus. Maka segeralah Tabitha diinfus. Dibedong dengan kain dan dipegangi oleh mama dan suster, Tabitha mulai diinfus. Dengan sisa-sisa tenaga, Tabitha berontak dan menangis dengan kencangnya. Mama yang memegangi Tabitha, ikut nangis melihatnya. Setelah jarum infus dipasang, Tabitha mulai berhenti menangis dan matanya mulai tertutup. Melihat hal itu, mama jadi khawatir, khawatir Tabitha pingsan. Tapi ternyata Tabitha hanya kecapean dan tertidur. Setelah infus dipasang, mama dan ayah sedikit lega karena ada cairan makanan yang masuk ke tubuh Tabitha.

Seperti deja vu, setahun yang lalu mama di rumah sakit, sekarang mama kembali di rumah sakit namun yang menjadi pasien berbeda. Tepat di ulang tahun yang pertama Tabitha merayakan ulang tahunnya bersama suster-suster di rumah sakit.