Pages

Powered by Blogger.

Thursday, January 23, 2014

Ketika Harus Memilih Untuk Mengasuh Anak

Setelah melahirkan, umumnya bagi ibu yang berkerja kantoran, pada bulan ketiga (bahkan bisa kurang) sudah harus masuk kantor kembali. Meninggalkan anak untuk bekerja memang tak selalu mudah. Banyak hal yang harus diperhatikan, tak hanya segi pertumbuhannya saja, tapi juga kebutuhan nutrisi, kemandirian, bermain yang aman, dan banyak lagi.

Menitipkannya pada pengasuh atau asisten rumah tangga pun tetap menimbulkan rasa khawatir. Ditambah, tak ada orangtua yang tinggal berdekatan untuk dititipi Si Kecil. Kalaupun orangtua tinggal dekat rumah, lama-kelamaan pasti ada rasa tak enak karena telah membebaninya dengan tanggung jawab baru mengurus cucu.

Tiga Alternatif
Kini, alternatif menitipkan anak di daycare mulai banyak dipilih. Kenapa harus daycare ? Amanda Wangsa, pemilik daycare Lovely Sunshine, mengatakan bahwa menitipkan anak di daycare memang membutuhkan persiapan matang.

Apa pun pilihan Anda dan pasangan, berikut kelebihan dan kekurangannya.

1. Pengasuh
Memilih pengasuh, kini memang terasa lebih sulit. Apalagi mencari pengasuh atau asisten rumah tangga yang memiliki pendidikan dan tata krama sesuai yang diharapkan. Bisa saja, setelah selama ini orangtua mengajarkan disiplin sesuai norma-norma yang dianggap benar, malah jadi terkikis akibat perbedaan pengasuhan yang dilakukan pengasuh.

“Mulai dari sopan santun, kedisiplinan, kemandirian, tata krama, dan budi pekerti,adalah hal-hal penting yang harus diajarkan ke anak usia batita alias usia 0 – 3 tahun. Nilai-nilai dasar ini sangat penting, bermanfaat, dan berguna hingga kelak anak dewasa.”

Meski secara bayaran terbilang lebih murah dan pengasuh akan stand by di rumah lebih lama, namun tak dipungkiri, memiliki pembantu yang berkualitas sangat sulit. “Kadang ketika pembantu sudah cocok dan pas, ada saja cerita ia pulang kampung dan memilih tak kembali. Ini sering terjadi karena pengaruh budaya santai yang tertanam pada diri pengasuh.”

2. Nenek atau Kakek
Perbedaan usia yang jauh antara nenek dan kakek dengan Anda, disadari atau tidak, pasti menghasilkan pola asuh yang berbeda. “Pengetahuan yang semakin berkembang saat ini, mungkin tidak terlalu dipahami oleh sang kakek dan nenek. Belum lagi, keterbatasan tenaga ketika cucu sudah semakin aktif berlari ke sana ke mari. Ini bisa jadi problem tersendiri.”

Buntutnya, tambah Amanda, cucu bisa terus disalahkan padahal pada dasarnya ini terjadi karena proses pertumbuhan anak. Artinya, ia harus berkembang secara motorik. “Tapi kalau aktivitas aktifnya tidak difasilitasi dengan baik, jadinya memang anak malah ‘merusak’,” tambahnya.

3. Daycare
Pengasuhan di daycare membuat anak dipantau sesuai usia, ditambah pengasuh yang memahami tumbuh kembang anak. “Selama dititipkan, anak akan diajak beraktivitas disesuaikan dengan usianya. Jadi tak sekadar dititipkan, melainkan ada pembelajarannya. Termasuk perkembangan motoriknya.”

Hanya saja, lanjut Amanda, memang ada kelemahan ketika menitipkan anak di daycare . “Berada di area publik pasti sangat mudah tertular penyakit. Namun, di beberapa daycare , jika anak demam lebih dari 38 derajat, akan diminta beristirahat dan tak datang dulu karena takut menular ke anak lain. Di sini juga ada ruang isolasi untuk anak yang sakit, sehingga bisa dipisahkan saat ia menunggu dijemput.”

Hitung Biaya
Lalu, bagaimana soal biaya? Secara hitungan kasar, menurut Amanda, sebenarnya menitipkan anak di daycare relatif lebih irit. “Tentusaja tergantung daycare- nya, ya. Tapi, karena di daycare anak juga diajarkan dan ditunjang tumbuh kembangnya, jadi coba bandingkan biayanya dengan biaya baby sitterdan sekolah anak. Tentu, dua biaya tersebut akan lebih besar,” tambahnya.

Selain itu, kebiasaan tempat tinggal yang jauh dari kantor ditambah kemacetan, membuat orangtua harus berangkat pagi sebelum anak bangun dan pulang setelah anak tertidur. “Kalau dititip di daycare , orangtua malah bisa berinteraksiselama di perjalanan pergi dan pulang.”

Sumber : tabloidnova.com

No comments:

Post a Comment